Gerimis membasahi pohon maple yang mengililingi Kuil Kiyomizu Dera. Dedaunannya yang rimbun menambah sejuk udara di salah satu kuil terbesar di Kyoto itu. Apalagi musim gugur memang sedang menyelimuti Jepang. Beruntung hujan tak jadi turun sehingga banyak para turis dapat berjalan mengitari kuil yang oleh PBB sebagai situs warisan kebudayaan dunia.
Kuil Kiyomizu Dera terletak di sebuah lembah yang berlokasi di Timur kota Kyoto. Nama Kiyomizu diambil dari nama mata air suci. Air tersebut mengalir di salah satu sisi kuil dan bisa di minum oleh para pengunjung. Luas arealnya sekitar 912 meter persegi Sebuah pagoda yang berdiri di sisi pintu masuk kompleks kuil. Sejumlah pengunjung melempar kepingan uang recehan. Sebagian dari mereka lalu berdoa sebelum berjalan perlahan mengunjungi satu per satu peninggalan bersejarah yang ada di kuil itu.
Tak jauh dari pintu masuk areal utama bangunan kuil, terdapat loket tempat meramal nasib. Sebagian besar wisawatan tak ketinggalan menyerahkan sejumlah uang kepingan. Menunggu beberapa lama, petugas loket memberikan kertas hasil ramalan itu. Raut dari pengunjung yang telah diramal tersebut hanya ada dua. Yang satu tampak membaca hasil ramalam itu dengan ceria. Namun, sebagian lainnya tampak biasa saja. Yang biasa inilah yang ramalannya ternyata tidak seperti yang diharapkan mereka.
Kendati memperoleh hasil ramalan yang kurang menguntungkan, para pengunjung tak perlu bersedih. Karena kertas hasil ramalan yang jelek tersebut bisa diikat di salah satu cabang pohon maple yang lokasinya tak jauh dari bangunan utama itu. Dengan begitu, dewa akan mengubah ramalan yang kurang baik itu menjadi baik.
Lokasi yang juga menjadi favorit wisatawan di Kiyomizu Dera adalah Jishu jinja. Areal ini dibangun sebagai persembahan kepada Okuninshino-Mikoto, yakni Dewa Cinta dan Dewa Jodoh. Di lokasi ini terdapat dua batu cinta. Antara batu yang satu dengan batu yang lainnya berjarak sekitar 18 meter.
Setiap pengunjung harus dengan mata tertutup untuk berjalan dari batu yang satu ke batu yang lainnya. Letaknya tegak lurus. Ketika berjalan para pengunjung harus menyebut nama orang yang dicintainya. Kepercayaan orang Jepang, apabila kita mampu sampai ke batu yang satunya dengan tepat, maka orang yang kita sayangi tersebut akan langgeng seterusnya sampai akhir hayat.
Tak jauh dari lokasi batu cinta, terdapat sebuah bangunan yang berada di tepi lembah. Bangunan dari kayu tanpa paku tersebut bergoyang kalau dinaiki. Pernah, sebanyak 200 orang melompat sampai 234 kali lompatan di bangunan tersebut. Dari bangunan ini, para pengunjung juga dapat menikmati keindahan kota Kyoto. Kyoto Tower dapat dilihat berdiri dengan megahnya.
Haus setelah mengelilingi beberapa areal kuil, pengunjung dapat meneguk air yang mengalir dari pancuran. Air mengalir dari air murni di dalam kompleks kuil. Ada tiga pancuran air saluran tempat mengalirkan air suci tersebut.
Namun dari tiga air pancuran itu, para wisatawan hanya diperbolehkan menikmati salah satunya saja. Orang Jepang percaya, bahwa di antara ketiga pancuran tersebut mengalir air kesehatan, air bijak, dan satunya lagi air yang kurang baik.
Setelah itu wisatawan juga masih disuguhkan beraneka ragam suvenir dan makanan khas Jepang. Lokasinya sepanjang jalan menuju parkir bus. Di kiri kanan dipenuhi toko-toko yang menjual barang-barang kerajinan dan makanan khas Negara Matahari Terbit tersebut.
Jika lelah dan lapar setelah mengelilingi areal kuil yang berbukit-bukit, para pengunjung dapat melepas letih di sebuah kafe di tepi taman yang rimbun. Suasana rumah makannya juga menarik. Tempat duduk gaya Jepang. Kiri kanan pemandangan pohon maple.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar